There's a bird called Honky, it's sound ''Honk! Honk! Honk!'' and it's a ride in Sky Kingdom, Honky Air.
You can meet an Asgeloth, he's Bullsloth, always got asperger... Well... Dont ever-ever-ever disturb him...
When I sneeze, it always changes my clothes. ''aah-choo!!'' Oh, its a lolita clothes now!
In the market they sell weird yet wonderful things! Like this tip-tap shoes, it can dance everytime we play music.
People here has their house floating in the sky with round shape like BIG basket ball bind with BIG rope!
They never have refrigerator. It's nasty thing that try to eat you alive! In there u can find nasty things rotten... *yuck*
O...o... I must say goodbye, it's time to wake up!
(end 1)
maowy
"Look into the different side of 'WORLD' to seek CREATIVITY!"
Wednesday, June 30, 2010
Saturday, August 22, 2009
I'm Just Ordinary Girl in So Not Ordinary World
I want to wear fancy clothes
I want to wear fancy shoes
Can have spa, body care treatment
mani-pedi, hair stylist any moment
I want to drive cool cars
I want to have exotics pets
Can have a pool in my backyard
and a big futuristic mansion house
I think that's is so selfish
But i'm not a two-faced
It's a normal thought
for an ordinary girl
I want to have my own company
I want to have my own line
Can have my own stores
producing my own shoes and clothes
Can have my own big income
I can do whatever I want
for myself and others
Promise not gonna blind
Giving food for the poor and hungry
Giving water to people who's thirsty
Giving medicine to people who's need it
Giving proper education for children
It's a frustrating dream in an dreamless world
When we must shed a blood to eat one spoon of rice
It's a glamoring shine of drama in darkest eyes
When there's a lot of pain to think just about the present
Wanna give peace for myself
Wanna give peace for others
But I'm just an ordinary girl
In so not ordinary world...
I want to wear fancy shoes
Can have spa, body care treatment
mani-pedi, hair stylist any moment
I want to drive cool cars
I want to have exotics pets
Can have a pool in my backyard
and a big futuristic mansion house
I think that's is so selfish
But i'm not a two-faced
It's a normal thought
for an ordinary girl
I want to have my own company
I want to have my own line
Can have my own stores
producing my own shoes and clothes
Can have my own big income
I can do whatever I want
for myself and others
Promise not gonna blind
Giving food for the poor and hungry
Giving water to people who's thirsty
Giving medicine to people who's need it
Giving proper education for children
It's a frustrating dream in an dreamless world
When we must shed a blood to eat one spoon of rice
It's a glamoring shine of drama in darkest eyes
When there's a lot of pain to think just about the present
Wanna give peace for myself
Wanna give peace for others
But I'm just an ordinary girl
In so not ordinary world...
Wednesday, August 19, 2009
copied from Twitblogs
copied from Twitblogs
"It's my 1# twitblogs, and im gonna make it first to a confession of skinny wannabe. I know it's kinda lame, evrybody talking about inner beauty or whatsoever, but i'm really concern about my body, especially for health.
Right now I weigh 125 pounds... And I want to loose 15 pounds. For my height is only 5.2 feet, 125 pounds is too much... I hate when people says "U look ok, It doesn't matter" but they have greater body or bigger body than I am. The skinnier said that because it's like "Look how skinny I am haHAhA...!!", the biggers think they have another friend to company them fat "At least not only me who's fat"
The bigger (read : fat!) you're the great amount of heat you produce, once I read that in a brochure about being vegetarian. Why should we worried? One cause of Global Warming is human heat, first it doesn't make any sense... But if we talk about dust is 92% is carried by human, maybe it does make sense... (>_<)" So I can make list why should I be skinny, thats one (hahaha..)
Some of my thinspo are Nicole Richie, or Ayumi Hamasaki. They are amazing person I think never dissapoint me, and always cheer me up (^_^)
Like other girls, i'm just ordinary girl who like beauties and art so maybe next time i'm gonna talking about fashion, make up, body care, pets, or art and design graphic beside me struggling to be skinny (It's just gonna bore you up and my self anyway"
ciao then! \(^_^)/~*
"It's my 1# twitblogs, and im gonna make it first to a confession of skinny wannabe. I know it's kinda lame, evrybody talking about inner beauty or whatsoever, but i'm really concern about my body, especially for health.
Right now I weigh 125 pounds... And I want to loose 15 pounds. For my height is only 5.2 feet, 125 pounds is too much... I hate when people says "U look ok, It doesn't matter" but they have greater body or bigger body than I am. The skinnier said that because it's like "Look how skinny I am haHAhA...!!", the biggers think they have another friend to company them fat "At least not only me who's fat"
The bigger (read : fat!) you're the great amount of heat you produce, once I read that in a brochure about being vegetarian. Why should we worried? One cause of Global Warming is human heat, first it doesn't make any sense... But if we talk about dust is 92% is carried by human, maybe it does make sense... (>_<)" So I can make list why should I be skinny, thats one (hahaha..)
Some of my thinspo are Nicole Richie, or Ayumi Hamasaki. They are amazing person I think never dissapoint me, and always cheer me up (^_^)
Like other girls, i'm just ordinary girl who like beauties and art so maybe next time i'm gonna talking about fashion, make up, body care, pets, or art and design graphic beside me struggling to be skinny (It's just gonna bore you up and my self anyway"
ciao then! \(^_^)/~*
Monday, August 17, 2009
Berkaca Sebelum Mengucapkan Merdeka
Siapakah aku? Bangsa Indonesia
Apakah benderaku? Sang Merah Putih
Apakah maskot negaraku? Sang Garuda
Apakah slogan negaraku? Bhinneka Tunggal Ika
Kutanya kepadamu, apakah kau ingat padaku?
Kutanya kepadamu, apakah pancasilaku?
Kau katakan padaku bahwa kau mencintaiku
Sebutkan sila-silaku satu demi satu
Ingatkah kamu, bersumpah padaku akan kesatuan Republik Indonesia
Kutagih sumpahmu tiap detik tangisku padamu...
Kau rayakan ultahku tiap tahun dengan meriah
Namun tak kau rasakan hatiku sedih berdarah...
Siapakah kamu yang tak kukenali lagi... Namun mengenakan Merah Putihku...
Apakah benderaku? Sang Merah Putih
Apakah maskot negaraku? Sang Garuda
Apakah slogan negaraku? Bhinneka Tunggal Ika
Kutanya kepadamu, apakah kau ingat padaku?
Kutanya kepadamu, apakah pancasilaku?
Kau katakan padaku bahwa kau mencintaiku
Sebutkan sila-silaku satu demi satu
Ingatkah kamu, bersumpah padaku akan kesatuan Republik Indonesia
Kutagih sumpahmu tiap detik tangisku padamu...
Kau rayakan ultahku tiap tahun dengan meriah
Namun tak kau rasakan hatiku sedih berdarah...
Siapakah kamu yang tak kukenali lagi... Namun mengenakan Merah Putihku...
Monday, May 11, 2009
Belajar Peka dan Sadar Diri (menggarisbawahi : muda-mudi Tiong Hoa peranakan Indonesia)
One of my favorite public figure is Martin Luther King jr. Juga seorang Mahatma Gandhi...
mereka adalah pembela kemanusiaan dah penyetaraan hak asasi manusia. Lucunya konflik yang mereka hadapi seolah-olah masih terus ada dalam artian belum mereda 100% di titik-titik konflik masyarakat di belahan dunia ini.
Sebagai kaum minoritas sepertinya ada sistem kehidupan kita yang menjadi tumpul atau memang berkurangnya sifat menjadi peka. Kita kaum tiong hoa tidak belajar banyak dari berbagai hal, atau justru menutup mata serta memalingkan wajah dari realita kehidupan yang terjadi dilingkungan sekitar sebagai bukan urusan yang mendesak atau penting untuk diperbaiki. Kita semua manusia sama, maka tidak perlulah kita merasa diri terlalu jauh berbeda. Ada suatu saat kelak tiada seorang pun melihat perbedaan itu.
Doktrin bahwa kaum tionghoa itu kaya-kaya. Cenderung seolah-olah memberikan hak pada keluarga kaya meninggikan derajat diatas orang lain, persaingan selalu berpusat pada ekonomi, dan berapa besar rumah atau berapa banyak mobil yang dimiliki. Ada yang seperti itu? Ada. Dan kenyataannya masih banyak pula orang tionghoa yang hidup miskin, hidup hanya tergantung dari menjual wedang kembang tahu yang dipikul juga ada, atau menawarkan mochi buatan tangan dari rumah ke rumah. Maka bersyukurlah Anda bila dilahirkan di keluarga yang mampu.
Hanya saja degradasi perilaku yang terjadi sangat banyak terjadi namun tidak segera diperbaiki. Itulah titik yang saya tekankan pada sikap tidak peka. Tidak peka terhadap lingkungan, tidak peka terhadap kondisi tiong hoa, tidak peka terhadap fenomena, tidak peka terhadap diri sendiri pula. Sikap yang pragmatis-apatis ditambah lagi HEDONIS merambah ke hampir semua orang zaman sekarang.
Benar kita telah dikurung oleh orba dengan berbagai peraturan yang menyulitkan orang tua kita serta sesama orang tionghoa di seluruh Indonesia, kalau Anda tidak bisa merasa empati dan merasa bahagia dengan sedikit kebebasan yang telah diberikan semasa pemerintahan Gus Dur, maka hiduplah Anda tanpa menghargai sejarah orang tionghoa yang ada di Indonesia. Ingat sejarah kita di Indonesia tidak sama dengan sejarah leluhur yang berada di Tiongkok sana, karena kita sebagian besar lahir, hidup, dan mati di Indonesia sebagai Tionghoa peranakan Indonesia. Mungkin sebagian besar anak-anak tionghoa 7-10 tahun dibawah saya tidak tahu perjuangan hidup orang tua mereka.
Pengalaman menyakitkan selama orba bukan untuk dijadikan balas dendam, apalagi dengan cara yang salah sampai keenakan jadinya malas berubah. Contoh pengalaman nyata selama zaman orba (sebelum 1998), waktu SMP saya pergi berjalan kaki ke sekolah (benar, walaupun orang tua saya mampu, saya tetap disuruh berjalan kaki, tidak diantar naik mobil seperti kebanyakan anak-anak manja sekarang). Dalam perjalanan saya melewati SD negri yang tentu saja mayoritas non tionghoa atau barangkali tidak ada tionghoa sama sekali, tiba-tiba banyak anak-anak kecil menyerobot ingin melihat saya dari balik pagar sekolah sambil mengatai saya "cino asu! cino asu!" ("Cina anjing! Cina Anjing!"). Wah, apa salah saya ya? Mengenal mereka saja tidak. Entah kenapa saya yakin, banyak orang tionghoa lain yang mungkin memiliki pengalaman yang sama dengan saya dan mungkin banyak yang memiliki trauma dan sakit hati.
Hanya saja kebencian orangtua diturunkan kepada anak, sehingga memberikan jarak antar berbagai ras yang pluralitas di Indonesia ini. Hanya karena kondisi sekarang sudah enak, kita tidak bisa memungkiri bahwa mungkin masih ada, karena jangka waktu 10 tahun itu masih terlalu singkat. Kita lihat saja pada zaman Martin Luther King Jr, kebencian ras kulit putih terhadap ras kulit hitam yang dianggap budak sangat mengerikan. Bahkan sampai sekarang mungkin sedikit banyak masih ada walaupun sudah ditekan ke titik paling rendah, buktinya kalau kita bilang "negro" di Amerika ke orang kulit hitam lebih mungkin Anda ditonjok sampai babak belur daripada ditegur saja.
Kalau kita merasa aman-aman saja bersikap seenak udel sendiri, maka ingatlah pada Tragedi Mei 1998. Kalau kita memiliki kekuatan atau menunjukkan bahwa kita juga salah satu kekuatan di negara Indonesia ini, kita tidak akan ditindas seperti pada masa-masa itu. Kejadian itu adalah sesuatu yang harus kita waspadai pada pola pikir bahwa kalau kerusuhan mau bakar siapa? (ayolah, berpikir sedikit). Empati "kasihan ya?", "kurang ajar tenan!", atau "biadab!" yang hanya diiringi emosi tapi tidak mampu memberikan penyelesaian masalah, empati itu hanya akan menjadi kata-kata. Kita hanya akan dibakar lagi.
Ada juga pola pikir seperti kalau ada yang mengancam keberadaan kita di Indonesia, lari saja ke luar negeri karena bisa. Tapi seberapa banyak orang yang bisa kita bawa? Itu adalah pemikiran egois, karena dimana pasti ada keterbatasan, kalau salah seorang adik/kakak kita tertinggal di Indonesia dan menghilang untuk seterusnya? Itu adalah penderitaan seumur hidup karena kita tidak bisa menyelamatkan lebih banyak orang. Di negeri lain pun tidak menjadi siapa-siapa kalau di negara sendiri tidak diterima. Karena itu mari mulai belajar hidup yang baik dan benar, rendah hati, serta pola hidup yang dilandasi kerja keras dan berderma.
Anak-anak tionghoa yang 3-4 tahun kebawah saya memiliki pola pikir yang kadang saya tidak mengerti lagi. Maaf saja kalau saya mengatakan mereka sebagai kaum yang terjangkit penyakit hedonis, dan mereka dalam fase yang kritis. Di malam hari ketika membeli buah, saya lihat dipinggir jalan mereka memarkirkan mobil yang sudah dimodifikasi sambil pasang audio SPL keras-keras, dan yang mereka lakukan adalah ngobrol-ngobrol atau melongo sambil ngerokok. Seperti gelandangan elit. Atau anak-anak SMA yang pulang pergi sekolah diantar naik mobil atau naik mobil sendiri seolah-olah merekalah yang membeli mobil itu dengan uangnya sendiri, padahal membeli uang bensin saja tidak mampu.
Atau terkena sindrom sinetron, contoh ketika saya makan malam di resto E-plaza bersama teman, tiba-tiba ada sedikit keributan. Sepasang cewek-cowok ribut dengan seorang cowok. Cowok itu dengan gaya sok tangan dimasukan satu ke saku dan yang satunya menarik kereta dengan kasar. Well... cinta segitiga (toh kelihatan sekali). Oh... bangga sekali ya kelihatan keren dan menarik perhatian pengunjung dengan mengheboh-hebohkan perseteruan pribadi ditempat umum? Pacaran masa SMU kok sinetron banget. cape deh... Untung gak gontok-gontokan. Dan dari penampilan mereka yang kayak selebriti (wow... SMU sekarang sudah bisa semir rambut), kayak artis dan ceweknya berdandan manis kayak bintang film Taiwan, kalau aku cowok seh emang seneng aja tapi kalau ngeliat kejadian kayak gitu ilfil dah. Ah... Anak orang mampu kok IQ gak kepake gitu. Heran suatu hal yang privasi seperti tidak memperlihatkan masalah pribadi di tempat umum kan jangan terlalu di-hiperbolakan.
Siapa yang mereka bohongi? Semua orang tahu kalau mobil, perhiasan, uang saku, fashion, dsb yang mereka nikmati adalah hasil kerja susah payah orang tua mereka bekerja. Tidak ada penghargaan untuk "hard earning money" (beratnya mencari uang), entah itu usaha orang tua mereka memang lancar, tapi untuk mempertahankan kelancaran usaha juga menghabiskan pikiran dan waktu juga.
Lucunya banyak yang menganggap "aku kaya". Sekolah cuma hiburan atau mengisi kewajiban saja, bukti nyata seorang teman yang masih kecil (maksudnya masih kuliah awal semester), dengan setia absen dari kelas kuliah untuk pulang pergi ke semarang hanya menjajakan hadiah-hadiah untuk pacarnya dengan uang sakunya sendiri. Hasilnya dia selalu bokek tapi tetap sok. Bukti nyata lain, seorang teman orangtua mengeluh dan marah pada anaknya, karena ketika bepergian sang anak (yang belum bekerja), berkata pada orangtuanya akan membayari mereka makan. orangtuanya marah dan mengatakan "memangnya kamu sudah kerja dan punya uang untuk bayarin kita makan?!" Toh kalau anaknya nraktir orangtuanya makan kan itu uang transferan dari orangtuanya sendiri.
Enaknya jadi mahasiswa atau murid sekolah ya? Uang ditransfer orang tua. Tentu saja sebebas mungkin dipakai untuk apa pun bisa sambil berbohong untuk beli buku tapi kenyataanya dibuat pergi ke diskotik atau foya-foya maen game center. Itu terjadi? Iya itu terjadi. Kalau ditanya sebenarnya impian dan cita-citanya besok mau kuliah dimana/kuliah/kerja apa kadang nggak bisa jawab. Terlalu memikirkan apa yang ada sekarang, tapi tidak memikirkan masa depan.
Di zaman pendidikan seharusnya semakin meningkatkan kesadaran manusia akan hal yang salah dan benar, malah sifat bandel dan sok begini begitu malah menjamur. Jadinya yang ada manusia-manusia bebal dengan nasehat dan terus bertindak seenaknya sendiri. Tidak hormat pada orangtua, tidak menghargai uang yang dihasilkan kerjakeras orangtua untuk memakmurkan anak. Cerita nyata, seorang anak SMU yang ngambek karena orang tuanya tidak mau memberikan uang buat modifikasi motornya seharga 15 juta, memukul palu ke kaki papanya dan memukul dengan tongkat golf sampai rusak. Melihat wajah orangtua itu ketika suatu kali bertemu, tampak tidak tega.
Pola pikir kalau toh besok aku adalah penerus usaha keluargaku. Kalau keenakan dan asyik sendiri tau nasibnya besok pasti jadi orang kaya, toh orangtua sudah kaya, itu harusnya dihindari, karena bisa menjadikan malas kuliah dan belajar, mau jadi penerus pun Anda sudah menjadi kapal karam Titanic. karena pengalaman orangtua yang merintis dengan orang yang langsung pegang sudah jalan berbeda. Sama ketika kita mengendarai mobil tapi tidak tau caranya starter mobil, ketika mobilnya mogok ya sudah tamat riwayatnya.
Ingat pada saudara-saudara lain yang masih hidup kesusahan, jangan memberikan jarak dan kesenjangan sosial terlalu tinggi. Mereka membutuhkan kita juga seperti kita membutuhkan mereka. Bagi yang masih kekurangan pun berhak mengingatkan kerendahan hati dalam hidup, juga tidak patah semangat karena semangat hidup dan kerja keras ada dalam diri kita masing-masing.
note:
tulisan ini hanyalah bentuk prihatin dan kekhawatiran terhadap semua adik-adik saya di seluruh pelosok Indonesia, bahwa bangkitlah dan tunjukkan kemampuan bukan harta semata atau hanya embel-embel "tionghoa itu kaya". Kekayaan itu adalah daging bukan otak, kalau kita hanya memiliki daging, maka kita hanya akan disembelih untuk memberi makan orang lain. Bila kita adalah otak, kita akan dibutuhkan banyak-banyak orang.
mereka adalah pembela kemanusiaan dah penyetaraan hak asasi manusia. Lucunya konflik yang mereka hadapi seolah-olah masih terus ada dalam artian belum mereda 100% di titik-titik konflik masyarakat di belahan dunia ini.
Sebagai kaum minoritas sepertinya ada sistem kehidupan kita yang menjadi tumpul atau memang berkurangnya sifat menjadi peka. Kita kaum tiong hoa tidak belajar banyak dari berbagai hal, atau justru menutup mata serta memalingkan wajah dari realita kehidupan yang terjadi dilingkungan sekitar sebagai bukan urusan yang mendesak atau penting untuk diperbaiki. Kita semua manusia sama, maka tidak perlulah kita merasa diri terlalu jauh berbeda. Ada suatu saat kelak tiada seorang pun melihat perbedaan itu.
Doktrin bahwa kaum tionghoa itu kaya-kaya. Cenderung seolah-olah memberikan hak pada keluarga kaya meninggikan derajat diatas orang lain, persaingan selalu berpusat pada ekonomi, dan berapa besar rumah atau berapa banyak mobil yang dimiliki. Ada yang seperti itu? Ada. Dan kenyataannya masih banyak pula orang tionghoa yang hidup miskin, hidup hanya tergantung dari menjual wedang kembang tahu yang dipikul juga ada, atau menawarkan mochi buatan tangan dari rumah ke rumah. Maka bersyukurlah Anda bila dilahirkan di keluarga yang mampu.
Hanya saja degradasi perilaku yang terjadi sangat banyak terjadi namun tidak segera diperbaiki. Itulah titik yang saya tekankan pada sikap tidak peka. Tidak peka terhadap lingkungan, tidak peka terhadap kondisi tiong hoa, tidak peka terhadap fenomena, tidak peka terhadap diri sendiri pula. Sikap yang pragmatis-apatis ditambah lagi HEDONIS merambah ke hampir semua orang zaman sekarang.
Benar kita telah dikurung oleh orba dengan berbagai peraturan yang menyulitkan orang tua kita serta sesama orang tionghoa di seluruh Indonesia, kalau Anda tidak bisa merasa empati dan merasa bahagia dengan sedikit kebebasan yang telah diberikan semasa pemerintahan Gus Dur, maka hiduplah Anda tanpa menghargai sejarah orang tionghoa yang ada di Indonesia. Ingat sejarah kita di Indonesia tidak sama dengan sejarah leluhur yang berada di Tiongkok sana, karena kita sebagian besar lahir, hidup, dan mati di Indonesia sebagai Tionghoa peranakan Indonesia. Mungkin sebagian besar anak-anak tionghoa 7-10 tahun dibawah saya tidak tahu perjuangan hidup orang tua mereka.
Pengalaman menyakitkan selama orba bukan untuk dijadikan balas dendam, apalagi dengan cara yang salah sampai keenakan jadinya malas berubah. Contoh pengalaman nyata selama zaman orba (sebelum 1998), waktu SMP saya pergi berjalan kaki ke sekolah (benar, walaupun orang tua saya mampu, saya tetap disuruh berjalan kaki, tidak diantar naik mobil seperti kebanyakan anak-anak manja sekarang). Dalam perjalanan saya melewati SD negri yang tentu saja mayoritas non tionghoa atau barangkali tidak ada tionghoa sama sekali, tiba-tiba banyak anak-anak kecil menyerobot ingin melihat saya dari balik pagar sekolah sambil mengatai saya "cino asu! cino asu!" ("Cina anjing! Cina Anjing!"). Wah, apa salah saya ya? Mengenal mereka saja tidak. Entah kenapa saya yakin, banyak orang tionghoa lain yang mungkin memiliki pengalaman yang sama dengan saya dan mungkin banyak yang memiliki trauma dan sakit hati.
Hanya saja kebencian orangtua diturunkan kepada anak, sehingga memberikan jarak antar berbagai ras yang pluralitas di Indonesia ini. Hanya karena kondisi sekarang sudah enak, kita tidak bisa memungkiri bahwa mungkin masih ada, karena jangka waktu 10 tahun itu masih terlalu singkat. Kita lihat saja pada zaman Martin Luther King Jr, kebencian ras kulit putih terhadap ras kulit hitam yang dianggap budak sangat mengerikan. Bahkan sampai sekarang mungkin sedikit banyak masih ada walaupun sudah ditekan ke titik paling rendah, buktinya kalau kita bilang "negro" di Amerika ke orang kulit hitam lebih mungkin Anda ditonjok sampai babak belur daripada ditegur saja.
Kalau kita merasa aman-aman saja bersikap seenak udel sendiri, maka ingatlah pada Tragedi Mei 1998. Kalau kita memiliki kekuatan atau menunjukkan bahwa kita juga salah satu kekuatan di negara Indonesia ini, kita tidak akan ditindas seperti pada masa-masa itu. Kejadian itu adalah sesuatu yang harus kita waspadai pada pola pikir bahwa kalau kerusuhan mau bakar siapa? (ayolah, berpikir sedikit). Empati "kasihan ya?", "kurang ajar tenan!", atau "biadab!" yang hanya diiringi emosi tapi tidak mampu memberikan penyelesaian masalah, empati itu hanya akan menjadi kata-kata. Kita hanya akan dibakar lagi.
Ada juga pola pikir seperti kalau ada yang mengancam keberadaan kita di Indonesia, lari saja ke luar negeri karena bisa. Tapi seberapa banyak orang yang bisa kita bawa? Itu adalah pemikiran egois, karena dimana pasti ada keterbatasan, kalau salah seorang adik/kakak kita tertinggal di Indonesia dan menghilang untuk seterusnya? Itu adalah penderitaan seumur hidup karena kita tidak bisa menyelamatkan lebih banyak orang. Di negeri lain pun tidak menjadi siapa-siapa kalau di negara sendiri tidak diterima. Karena itu mari mulai belajar hidup yang baik dan benar, rendah hati, serta pola hidup yang dilandasi kerja keras dan berderma.
Anak-anak tionghoa yang 3-4 tahun kebawah saya memiliki pola pikir yang kadang saya tidak mengerti lagi. Maaf saja kalau saya mengatakan mereka sebagai kaum yang terjangkit penyakit hedonis, dan mereka dalam fase yang kritis. Di malam hari ketika membeli buah, saya lihat dipinggir jalan mereka memarkirkan mobil yang sudah dimodifikasi sambil pasang audio SPL keras-keras, dan yang mereka lakukan adalah ngobrol-ngobrol atau melongo sambil ngerokok. Seperti gelandangan elit. Atau anak-anak SMA yang pulang pergi sekolah diantar naik mobil atau naik mobil sendiri seolah-olah merekalah yang membeli mobil itu dengan uangnya sendiri, padahal membeli uang bensin saja tidak mampu.
Atau terkena sindrom sinetron, contoh ketika saya makan malam di resto E-plaza bersama teman, tiba-tiba ada sedikit keributan. Sepasang cewek-cowok ribut dengan seorang cowok. Cowok itu dengan gaya sok tangan dimasukan satu ke saku dan yang satunya menarik kereta dengan kasar. Well... cinta segitiga (toh kelihatan sekali). Oh... bangga sekali ya kelihatan keren dan menarik perhatian pengunjung dengan mengheboh-hebohkan perseteruan pribadi ditempat umum? Pacaran masa SMU kok sinetron banget. cape deh... Untung gak gontok-gontokan. Dan dari penampilan mereka yang kayak selebriti (wow... SMU sekarang sudah bisa semir rambut), kayak artis dan ceweknya berdandan manis kayak bintang film Taiwan, kalau aku cowok seh emang seneng aja tapi kalau ngeliat kejadian kayak gitu ilfil dah. Ah... Anak orang mampu kok IQ gak kepake gitu. Heran suatu hal yang privasi seperti tidak memperlihatkan masalah pribadi di tempat umum kan jangan terlalu di-hiperbolakan.
Siapa yang mereka bohongi? Semua orang tahu kalau mobil, perhiasan, uang saku, fashion, dsb yang mereka nikmati adalah hasil kerja susah payah orang tua mereka bekerja. Tidak ada penghargaan untuk "hard earning money" (beratnya mencari uang), entah itu usaha orang tua mereka memang lancar, tapi untuk mempertahankan kelancaran usaha juga menghabiskan pikiran dan waktu juga.
Lucunya banyak yang menganggap "aku kaya". Sekolah cuma hiburan atau mengisi kewajiban saja, bukti nyata seorang teman yang masih kecil (maksudnya masih kuliah awal semester), dengan setia absen dari kelas kuliah untuk pulang pergi ke semarang hanya menjajakan hadiah-hadiah untuk pacarnya dengan uang sakunya sendiri. Hasilnya dia selalu bokek tapi tetap sok. Bukti nyata lain, seorang teman orangtua mengeluh dan marah pada anaknya, karena ketika bepergian sang anak (yang belum bekerja), berkata pada orangtuanya akan membayari mereka makan. orangtuanya marah dan mengatakan "memangnya kamu sudah kerja dan punya uang untuk bayarin kita makan?!" Toh kalau anaknya nraktir orangtuanya makan kan itu uang transferan dari orangtuanya sendiri.
Enaknya jadi mahasiswa atau murid sekolah ya? Uang ditransfer orang tua. Tentu saja sebebas mungkin dipakai untuk apa pun bisa sambil berbohong untuk beli buku tapi kenyataanya dibuat pergi ke diskotik atau foya-foya maen game center. Itu terjadi? Iya itu terjadi. Kalau ditanya sebenarnya impian dan cita-citanya besok mau kuliah dimana/kuliah/kerja apa kadang nggak bisa jawab. Terlalu memikirkan apa yang ada sekarang, tapi tidak memikirkan masa depan.
Di zaman pendidikan seharusnya semakin meningkatkan kesadaran manusia akan hal yang salah dan benar, malah sifat bandel dan sok begini begitu malah menjamur. Jadinya yang ada manusia-manusia bebal dengan nasehat dan terus bertindak seenaknya sendiri. Tidak hormat pada orangtua, tidak menghargai uang yang dihasilkan kerjakeras orangtua untuk memakmurkan anak. Cerita nyata, seorang anak SMU yang ngambek karena orang tuanya tidak mau memberikan uang buat modifikasi motornya seharga 15 juta, memukul palu ke kaki papanya dan memukul dengan tongkat golf sampai rusak. Melihat wajah orangtua itu ketika suatu kali bertemu, tampak tidak tega.
Pola pikir kalau toh besok aku adalah penerus usaha keluargaku. Kalau keenakan dan asyik sendiri tau nasibnya besok pasti jadi orang kaya, toh orangtua sudah kaya, itu harusnya dihindari, karena bisa menjadikan malas kuliah dan belajar, mau jadi penerus pun Anda sudah menjadi kapal karam Titanic. karena pengalaman orangtua yang merintis dengan orang yang langsung pegang sudah jalan berbeda. Sama ketika kita mengendarai mobil tapi tidak tau caranya starter mobil, ketika mobilnya mogok ya sudah tamat riwayatnya.
Ingat pada saudara-saudara lain yang masih hidup kesusahan, jangan memberikan jarak dan kesenjangan sosial terlalu tinggi. Mereka membutuhkan kita juga seperti kita membutuhkan mereka. Bagi yang masih kekurangan pun berhak mengingatkan kerendahan hati dalam hidup, juga tidak patah semangat karena semangat hidup dan kerja keras ada dalam diri kita masing-masing.
note:
tulisan ini hanyalah bentuk prihatin dan kekhawatiran terhadap semua adik-adik saya di seluruh pelosok Indonesia, bahwa bangkitlah dan tunjukkan kemampuan bukan harta semata atau hanya embel-embel "tionghoa itu kaya". Kekayaan itu adalah daging bukan otak, kalau kita hanya memiliki daging, maka kita hanya akan disembelih untuk memberi makan orang lain. Bila kita adalah otak, kita akan dibutuhkan banyak-banyak orang.
Thursday, March 12, 2009
For Greater Good (Sumpah Pemuda, Mahasiswa, dan Demokrasi)
Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928
lokasi : Indonesische Clubgebouw di Jalan Kramat Raya 106, Jakarta
peserta : Jong Java, Jong Ambon, Jong Celebes, Jong Batak, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, PPPI, Pemuda Kaum Betawi, beberapa orang pemuda Tionghoa sebagai pengamat, yaitu Oey Kay Siang, John Lauw Tjoan Hok dan Tjio Djien Kwie serta Kwee Thiam Hong sebagai seorang wakil dari Jong Sumatranen Bond, DAN yang terakhir AR Baswedan pemuda keturunan arab di Indonesia mengadakan kongres di Semarang dan mengumandangkan Sumpah pemuda keturunan arab
* PERTAMA. Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Bertoempah Darah Jang Satoe, Tanah Indonesia.
* KEDOEA. Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Berbangsa Jang Satoe, Bangsa Indonesia.
* KETIGA. Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mendjoendjoeng Bahasa Persatoean, Bahasa Indonesia.
INILAH SUMPAH SETIA PEMUDA-PEMUDI INDONESIA TERHADAP IBU PERTIWI!!!
Bolehkah saya simpulkan, bahwa rasa persatuan dan kesatuan antar pemuda-pemudi Indonesia dahulu lebih tinggi daripada saat ini? Yang saat ini kita seperti dikotak-kotakan, dibeda-bedakan?
Bolehkah saya simpulkan, bahwa pemuda-pemudi Indonesia dahulu lebih cerdas dan mengerti makna pluralitas serta menghargai perbedaan sebagai kekayaan RI? Yang saat ini pemuda-pemudi gelap mata dan hati lebih memilih perjuangan fisik serta kelakuan emosi?
Bolehkah saya simpulkan, bahwa seharusnya kita MALU sebagai pemuda-pemudi Indonesia??? Kita telah melukai hati para pendahulu kita yang berjuang mencetuskan Sumpah Pemuda dibawah penjajahan Belanda?
Lihatlah begitu indah kesatuan yang dirasa bila kita melihat siapa-siapa yang berada dalam peserta, semua pemuda-pemudi seluruh Indonesia, maupun yang keturunan (tiong hoa atau pun arab) menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan bangsa melalui kebudayaannya? Pluralitasnya?
Kapan hari saya melihat top 9 news di metrotv, yang ada hanyalah kekerasan yang dilakukan mahasiswa, berdemo berdemo dan berdemo... Apakah itu yang artinya demokrasi? demokrasi bukan DEMO-krasi... Mahasiswa berhak bersuara, semua lapisan masyarakat berhak bersuara, tapi bukan dalam ajang demo yang menjadi huru-hara kekerasan...
Ingatlah pada status mahasiswa, status pemuda-pemudi Indonesia, kita adalah manusia berpendidikan. Bertindaklah secara cerdas dan kritis, demi perjuangan kita, demi bangsa ini, dan kehidupan yang lebih baik.
semoga semua makhluk berbahagia...
lokasi : Indonesische Clubgebouw di Jalan Kramat Raya 106, Jakarta
peserta : Jong Java, Jong Ambon, Jong Celebes, Jong Batak, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, PPPI, Pemuda Kaum Betawi, beberapa orang pemuda Tionghoa sebagai pengamat, yaitu Oey Kay Siang, John Lauw Tjoan Hok dan Tjio Djien Kwie serta Kwee Thiam Hong sebagai seorang wakil dari Jong Sumatranen Bond, DAN yang terakhir AR Baswedan pemuda keturunan arab di Indonesia mengadakan kongres di Semarang dan mengumandangkan Sumpah pemuda keturunan arab
* PERTAMA. Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Bertoempah Darah Jang Satoe, Tanah Indonesia.
* KEDOEA. Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mengakoe Berbangsa Jang Satoe, Bangsa Indonesia.
* KETIGA. Kami Poetera dan Poeteri Indonesia, Mendjoendjoeng Bahasa Persatoean, Bahasa Indonesia.
INILAH SUMPAH SETIA PEMUDA-PEMUDI INDONESIA TERHADAP IBU PERTIWI!!!
Bolehkah saya simpulkan, bahwa rasa persatuan dan kesatuan antar pemuda-pemudi Indonesia dahulu lebih tinggi daripada saat ini? Yang saat ini kita seperti dikotak-kotakan, dibeda-bedakan?
Bolehkah saya simpulkan, bahwa pemuda-pemudi Indonesia dahulu lebih cerdas dan mengerti makna pluralitas serta menghargai perbedaan sebagai kekayaan RI? Yang saat ini pemuda-pemudi gelap mata dan hati lebih memilih perjuangan fisik serta kelakuan emosi?
Bolehkah saya simpulkan, bahwa seharusnya kita MALU sebagai pemuda-pemudi Indonesia??? Kita telah melukai hati para pendahulu kita yang berjuang mencetuskan Sumpah Pemuda dibawah penjajahan Belanda?
Lihatlah begitu indah kesatuan yang dirasa bila kita melihat siapa-siapa yang berada dalam peserta, semua pemuda-pemudi seluruh Indonesia, maupun yang keturunan (tiong hoa atau pun arab) menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan bangsa melalui kebudayaannya? Pluralitasnya?
Kapan hari saya melihat top 9 news di metrotv, yang ada hanyalah kekerasan yang dilakukan mahasiswa, berdemo berdemo dan berdemo... Apakah itu yang artinya demokrasi? demokrasi bukan DEMO-krasi... Mahasiswa berhak bersuara, semua lapisan masyarakat berhak bersuara, tapi bukan dalam ajang demo yang menjadi huru-hara kekerasan...
Ingatlah pada status mahasiswa, status pemuda-pemudi Indonesia, kita adalah manusia berpendidikan. Bertindaklah secara cerdas dan kritis, demi perjuangan kita, demi bangsa ini, dan kehidupan yang lebih baik.
semoga semua makhluk berbahagia...
For Greater Good (Belajar Dari Seekor Babi)
Kalau dengar kata babi itu kita memuat persepsi seperti apa?
Daging? Makanan? Jorok? Makian? Najis? Haram?
Tapi kemarin saya belajar dari seekor babi, masih ingatkah dengan film Babe?
Saya yakin semuanya pasti pernah dengar dan melihat film itu. (soalnya sering juga diputar di TV klo lagi ada event hari raya)
Film ini sekilas seperti film anak-anak, toh karakternya adalah seekor babi yang bisa berbicara, dan memiliki teman-teman peternakan lain seperti bebek, sapi, anjing gembala, tikus, ayam, dll. Kisahnya juga berkesan datar kalau dilihat dari ukuran orang dewasa. Belum lagi karakter utama manusianya, Mr. Hogget sendiri orangnya pendiam dan tidak banyak bicara.
Babi itu gunanya untuk apa sih?
Paling gampang digunakan untuk dimakan (bagi yang memakannya)
Kerjanya cuma makan, tidur, main lumpur, makan, tidur, kawin, tidur, makan... dst.
Disini Babe tidak dipotong, menjelang malam natal, perutnya sudah diukur, dan sepertinya dia tinggal digorok dan dimasak saja untuk dijadikan masakan natal keluarga Hogget. Namun dia yang sejak kecil bersama dengan anjing gembala, dia merasa bisa menggembalakan hewan, dia berlatih dengan memisahkan ayam berwarna coklat dan putih.
Disini kesimpulan pertama bahwa babi itu tidak berguna menjadi berubah 180 derajat, bagi Mr. Hogget. Dia tidak membunuh babi kecil itu, justru memperlakukannya seperti hewan peliharaan kesayangannya. Diluar kondisi itu, kita dapat menarik kesimpulan, bahwa orang yang memiliki kemampuan yang berguna akan tetap hidup, sedangkan yang tidak mempunyai kemampuan atau tidak menarik keluar kemampuan yang dia miliki maka dia akan 'mati'.
Orang kadang lupa dan belum berusaha memaksimalkan apa yang dia miliki, cukup dengan apa yang dia bisa, apa yang dia terima, tapi tidak ada dorongan untuk mengembangkan diri. Bukan tidak bisa atau tidak mampu, hanya karena niat yang tidak teguh.
Babe berbeda dengan anjing penggembala yang bernama Fly dan Rex, mereka menggiring domba dengan paksaan, dengan makian, dengan kata perintah. Babe dengan rendah hati meminta para domba untuk mengikuti petunjuknya. Ketika domba-domba itu berhadapan dengan Fly, si anjing betina, dia menganggap Fly adalah makhluk yang tidak beradab serta kasar tabiatnya. Sedangkan dari sisi Fly, domba-domba adalah makhluk bodoh yang tidak memiliki otak.
"communication is power" begitu yang saya dengar, miscom setitik rusak seluruhnya. Biasanya tanpa kita sadari adanya miskomunikasi, dengan bayang-bayang sendiri berpikir begini begitu malah membuat salah paham semakin parah. Parahnya lagi kalau sudah diomongkan masih nggak nyambung juga. Bisa jadi kita sudah merasa benar, orang lain yang salah, tapi tidak menutup kemungkinan orang lain berpikiran yang sama dengan kita.
Kata-kata yang keras membuat orang semakin defensif, dan bisa memicu anarki. Kata-kata yang lembut bisa membuat orang terbuka, dan nyaman untuk berbicara. Kehidupan itu sederhana, namun pikiran manusia yang membuatnya rumit, sehingga kelembutan sendiri juga bisa dijadikan miskom. Untuk memahami kelembutan dibutuhkan pemahaman yang dalam dan kompleks, sedangkan untuk memahami kemarahan hanyalah kesabaran.
semoga semua makluk berbahagia~
Daging? Makanan? Jorok? Makian? Najis? Haram?
Tapi kemarin saya belajar dari seekor babi, masih ingatkah dengan film Babe?
Saya yakin semuanya pasti pernah dengar dan melihat film itu. (soalnya sering juga diputar di TV klo lagi ada event hari raya)
Film ini sekilas seperti film anak-anak, toh karakternya adalah seekor babi yang bisa berbicara, dan memiliki teman-teman peternakan lain seperti bebek, sapi, anjing gembala, tikus, ayam, dll. Kisahnya juga berkesan datar kalau dilihat dari ukuran orang dewasa. Belum lagi karakter utama manusianya, Mr. Hogget sendiri orangnya pendiam dan tidak banyak bicara.
Babi itu gunanya untuk apa sih?
Paling gampang digunakan untuk dimakan (bagi yang memakannya)
Kerjanya cuma makan, tidur, main lumpur, makan, tidur, kawin, tidur, makan... dst.
Disini Babe tidak dipotong, menjelang malam natal, perutnya sudah diukur, dan sepertinya dia tinggal digorok dan dimasak saja untuk dijadikan masakan natal keluarga Hogget. Namun dia yang sejak kecil bersama dengan anjing gembala, dia merasa bisa menggembalakan hewan, dia berlatih dengan memisahkan ayam berwarna coklat dan putih.
Disini kesimpulan pertama bahwa babi itu tidak berguna menjadi berubah 180 derajat, bagi Mr. Hogget. Dia tidak membunuh babi kecil itu, justru memperlakukannya seperti hewan peliharaan kesayangannya. Diluar kondisi itu, kita dapat menarik kesimpulan, bahwa orang yang memiliki kemampuan yang berguna akan tetap hidup, sedangkan yang tidak mempunyai kemampuan atau tidak menarik keluar kemampuan yang dia miliki maka dia akan 'mati'.
Orang kadang lupa dan belum berusaha memaksimalkan apa yang dia miliki, cukup dengan apa yang dia bisa, apa yang dia terima, tapi tidak ada dorongan untuk mengembangkan diri. Bukan tidak bisa atau tidak mampu, hanya karena niat yang tidak teguh.
Babe berbeda dengan anjing penggembala yang bernama Fly dan Rex, mereka menggiring domba dengan paksaan, dengan makian, dengan kata perintah. Babe dengan rendah hati meminta para domba untuk mengikuti petunjuknya. Ketika domba-domba itu berhadapan dengan Fly, si anjing betina, dia menganggap Fly adalah makhluk yang tidak beradab serta kasar tabiatnya. Sedangkan dari sisi Fly, domba-domba adalah makhluk bodoh yang tidak memiliki otak.
"communication is power" begitu yang saya dengar, miscom setitik rusak seluruhnya. Biasanya tanpa kita sadari adanya miskomunikasi, dengan bayang-bayang sendiri berpikir begini begitu malah membuat salah paham semakin parah. Parahnya lagi kalau sudah diomongkan masih nggak nyambung juga. Bisa jadi kita sudah merasa benar, orang lain yang salah, tapi tidak menutup kemungkinan orang lain berpikiran yang sama dengan kita.
Kata-kata yang keras membuat orang semakin defensif, dan bisa memicu anarki. Kata-kata yang lembut bisa membuat orang terbuka, dan nyaman untuk berbicara. Kehidupan itu sederhana, namun pikiran manusia yang membuatnya rumit, sehingga kelembutan sendiri juga bisa dijadikan miskom. Untuk memahami kelembutan dibutuhkan pemahaman yang dalam dan kompleks, sedangkan untuk memahami kemarahan hanyalah kesabaran.
semoga semua makluk berbahagia~
Subscribe to:
Posts (Atom)