Aduh duh.... Pak SBy waktu datang di pembukaan SPA (Semarang Pesona Asia) di demo oleh mahasiswa. kok kebangeten banget ya?
Jadi pemimpin itu susah loh... aku sendiri sudah pernah sedikit mencicipi kondisi seperti itu. Masih mending aku cuma kepanitiaan di kampus, klo pak SBY kan Presiden.
Aku yang dulu jadi Ketua dipilih karena nggak ada yang mau jadi ketua, anak buahnya pada nggak mau nurut, alias sepenaknya sendiri juga ada. Yang membantu aku jadi ketua juga ada, tapi mayoritas pada seenaknya sendiri, ya alhasil acara nggak jalan dengan lancar. Aku memikirkan Pak SBY mungkin seperti saya, dia memimpin negara yang masyarakatnya sulit diatur, dan demokrasi yang digembar-gemborkan menjadi rancu dengan istilah menang sendiri. Memang istilah dari rakyat untuk rakyat itu memang benar, tanpa ada rakyat, tidak akan ada presiden. Tapi yang milih presiden juga kan rakyat, mbok ya yang sabar... presiden juga manusia, bedanya mungkin dia lebih punya duit, rumah gede, ama kehidupan yang baik dibanding rakyat miskin, tapi kan sama aja otaknya satu, badannya juga manusia, jantungnya juga bekerja seperti kita, kalo diberi tekanan oleh ratusan ribu, jutaan warga, bahkan 200 juta warga di Indonesia apa nggak stress? Bukannya berkembang malah stroke kan payah.
Sekarang banyak orang suka demo, nggak suka ini demo, nggak suka itu demo. Jadi manusia kok kayaknya kita kurang sabar, karena pemerintahan itu bukan cuma OSIS, ketua kelas, ketua BEM, atau Pak RT/RW, Gubernur, Walikota, dsb. Presiden adalah bapaknya negara, masa bapaknya negara di demo, lah... rakyatnya itu kan seperti anak pemberontak.
Pemerintahan itu seperti keluarga, yang paling dimanja dan dirawat ya anak alias rakyat. Sang anak punya keinginan apa, orangtuanya pasti mikir-mikir untuk mewujudkan permintaan anaknya tersebut. Kalo anak minta motor nggak dikasih terus protes ke orangtua, apa ya tindakan itu benar? Kalo anaknya susah diatur kan juga keluarga tidak harmonis, tidak teratur, tidak hidup dengan nyaman. Sebaliknya orangtua yang memegang pemerintahan keluar besar ini juga nggak bisa semena-mena kan, karena tanggung jawabnya terhadap anak sampai mati (kalau pemerintah ya sampai masa pemerintahan habis atau nanti dipilih kembali)
Papaku pernah bilang, Keluarga itu seperti Skak (Catur). Ibarat suami dan Istri adalah Raja dan Ratu, maka Kuda, Mentri, dan Benteng itu anak-anaknya. Kalo Raja dan Ratu maju sendiri nggak bisa menang, tapi kalo anak-anaknya juga maju kemenangan bisa diraih dengan gemilang.
Karena itu kita sebagai rakyat jangan hanya mengkritik tanpa wujud perbuatan yang fisik. Seperti kata Kikan di Empat Mata pada 17 Agustus kemarin, yang dia katakan benar, rakyat cuma bisa mengkritik, mendemo, memprotes, pada Pemerintahan, tapi apa yang telah dia lakukan untuk bangsa Indonesia. Semiskin atau setidak mampunya seseorang pasti mereka tetap dapat melakukan sesuatu walaupun sekecil apa pun untuk menunjukkan dia adalah warga Indonesia sejati.
No comments:
Post a Comment