Monday, March 24, 2008

Seorang teman dan temanku yang lain

Seorang teman berkata,

"katakanlah apa yang ada dalam kepalamu, supaya aku dapat mengerti dirimu."

Aku menggeleng lesu...

"Kenapa kamu menghela nafas seperti itu? Apa yang kamu pikirkan? Apa kamu punya penyakit asma?"

Aku menggeleng lesu...

Seorang teman juga pernah tanya

"Kenapa sih kamu menghela nafas seperti itu?"

Terimakasih...
Karena sudah menanyakan. Bukannya aku tidak ingin mengutarakan, bukannya aku tidak ingin bercerita padamu teman...

"Kalau sesuatu yang tidak terutarakan, nanti akan menjadi habit, kemudian menjadi watak yang secara tidak sadar akan kamu lakukan."

Hmm... aku tidak siap, tidak dapat berbicara. Lidahku seolah hilang ke mana, otakku juga lenyap tak bisa berpikir.

Namun terimakasih...
Karena sudah memberitahukan pada diriku ini. Lewat tulisan ini aku bisa mengucapkan tanpa semua orang harus mengerti diriku.


"Ketika aku berteriak, kemudian menangis, dia langsung memegangiku dengan khawatir.
Jeritan yang paling menusuk hatiku, jeritan yang seolah bukan diriku ini sangat aneh. Jeritan karena sedih atau marah akan sangat membantu meringankan beban, karena kesedihan dan kemarahan adalah hal yang terjadi setelah semua berakhir.

Tetapi jeritan yang paling pilu, adalah jeritan penyesalan, karena semua belum berakhir, tidak kembali ke awal, tidak memiliki akhir. Perasaan yang kuinginkan adalah keinginan duniawi yang ingin kulepas saja rasanya, kalau aku terbawa nanti justru membuatku semakin rusak.

Ketika aku mencium seseorang yang aku sayangi akan terasa hangat tubuh ini. Bila aku mencium seseorang hanya karena keinginan untuk merasakan 'seolah-olah' rasanya hampa dan bersalah. Hal itu aku tau, tapi keinginan adalah sesuatu yang mengeluti relung tubuhku. Tubuhku bisa saja menjerit, sangat ingin melupakan yang buruk2, sesadar2nya diriku aku tidak akan mengantungi kotoran, tapi baunya masih tercium. brengsek..."

Begitulah teman...

Helaan nafasku...
Separuh nafasku...

No comments: