Friday, April 4, 2008

Darah dan Ular

Ketika aku menangis berlumur darah mati
Tiada kesadarannya untuk menghargai dan menghormati
Lidah itu benar-benar bercabang bagai ular
Mata itu menipu dan menghipnotis hingga kuhilang sadar

Tubuhku pun melemah, hati sudah menghitam pekat
Pikiran yang putih sudah tercoret-coret abu dan arang
Ketika tak sadarkan diri bahwa pengaruh dari seorang yang dekat
Tempat berbagi hati dan rasa, membentuk cita rasa palsu hubungan suci

Dipukul dengan sangat keras di kepala yang berharga
Darah keluar dari hidung, mulut, telinga, dan mata
Terbebas dari jerat erat seekor ular berbisa
Yang meracuniku selama ini, menggigit leherku, dan mengancam

Berpikir jernih menjadi lebih pintar adalah pencerahan
Menghilangkan 'seandainya' dan 'takut' dalam kamus adalah;
Langkah pertama yang kuambil sejak aku menentukan tujuan
Tiada lagi darah dan ular, semuanya akan hilang dari diriku

Seketika emosi menyelimuti diriku dan memaksa untuk keluar
Begitu inginnya aku menjadi seorang 'pembunuh dan pendendam'
Namun dengan penuh kesadaran aku menginginkan yang terbaik
Kebaikan yang kuinginkan muncul setelah menghilangkan emosi

Ular yang merengek padaku, walaupun palsu dihadapanku
Aku tidak pernah lari menghadap ke belakang bukan?
Sekali aku memberi kesempatan itu adalah kewajaran
Kedua kali aku memberi kesempatan itu adalah bentuk rasa cinta

Ketiga kali aku memberi kesempatan, itu adalah mimpimu hai ular...
Akan menjadi kebodohan total bila hal tersebut kulakukan untukmu
Walaupun kau katakan padaku bahwa kau telah mengganti kulitmu
Walaupun kau katakan padaku bahwa kau telah menggigit putus lidahmu

Rasa itu sudah musnah, tiada, dan tidak akan kuberikan lagi
Cinta, sayang, atau pun kasihan yang kusimpan ini
Biarlah berlalu dengan sendirinya, tidak akan lagi kubagi
Hai ular pergilah jauh dan hisaplah tubuh yang lain

Kalaupun kau memang sadar hai ular...
Perlakukan dia dengan baik dan penuh kasih sayang
Seperti ketika kau melindungi telur-telurmu
Maka telur-telur itu akan menetas dengan indah

Ketika watak adalah watak, yang kau pikir tidak bisa diubah
Walaupun kemungkinan watak tidak akan pernah berubah...
Alangkah baiknya kalau menyadari watak kita baik atau buruk
Setidaknya... Harapan untuk berubah akan selalu ada...

Selamat tinggal ular....
Selamat tinggal darah...

No comments: